Volatilitas di Pasar Valas Meningkat

JAKARTA - Dilansir pada laman daily economic review bankmandiri.co.id dinyatakan bahwa gejolak pasar valuta asing (valas) meningkat merespons pengumuman kebijakan tarif AS dan penundaan pemangkasan suku bunga The Fed. 




Pasar global saat ini menghadapi kekhawatiran yang datang dari Presiden AS, Donald Trump, yang mengumumkan pengenaan tarif tambahan sebesar 10% terhadap impor dari Tiongkok dan akan diberlakukan mulai 4 Mar-25. 


Pelaku pasar diharapkan dapat mengantisipasi masih persistennya inflasi AS. 


Langkah The Fed yang masih mempertahankan suku bunga acuannya di kisaran 4,25% - 4,50% pada awal tahun ini merupakan respons terhadap ekspektasi inflasi AS yang meningkat.


Rilis data ekonomi domestik yang positif belum mampu menahan pelemahan rupiah. 

Sederet data-data ekonomi domestik yang membaik masih belum cukup untuk meredam pelemahan rupiah yang pada akhir pekan lalu (28 Feb-25) ditutup di posisi 16.580 per USD (depresiasi sebesar 2,97% ytd). 


Volatilitas di pasar valas dalam jangka pendek tetap tinggi. 

Volatilitas di pasar valas masih meningkat dipengaruhi oleh kebijakan The Fed dan tarif Trump yang mengakibatkan berlanjutnya ketidakpastian pasar keuangan global. Kami memperkirakan rupiah masih akan cenderung melemah ke kisaran 16.300 – 16.600 per USD dalam jangka pendek seiring dengan capital outflow atau keluarnya aliran dana asing dari pasar domestik. 




#buttons=(Ok, Go it!) #days=(20)

Our website uses cookies to enhance your experience. Learn more
Ok, Go it!