JAGA LISAN, JAGA PUASA, PELIHARA NYAWA (JANTUNG*))
Prof. Dr. Abdurachman, dr.*)
Pendahuluan
Lisan, puasa, dan jantung memiliki hubungan erat yang mencerminkan keseimbangan antara kesehatan spiritual dan fisik. Dalam Islam, lisan yang baik menjadi indikator kesehatan hati (qalbu), sedangkan puasa bukan hanya menahan lapar dan haus tetapi juga menahan diri dari perkataan sia-sia. Jantung, sebagai pusat kehidupan, sangat dipengaruhi oleh kualitas perkataan dan perilaku seseorang. Oleh karena itu, menjaga lisan dan puasa dapat menjadi cara efektif untuk memelihara kesehatan jantung, baik secara spiritual maupun fisik.
1. Puasa dalam Makna Luas: Menjaga Lisan, Menjaga Kesempurnaan Ibadah
• Makna Puasa dalam Al-Qur’an: Selain menahan makan dan minum, puasa juga berarti menahan lisan dari ucapan yang sia-sia dan buruk. Hal ini ditegaskan dalam QS. Maryam: 26, ketika Maryam diperintahkan untuk berpuasa bicara sebagai bentuk ibadah.
• Puasa yang Sia-Sia: Rasulullah SAW mengingatkan bahwa puasa dapat menjadi hampa jika disertai dengan ucapan buruk, ghibah, atau fitnah. Kisah dua perempuan yang semaput saat berpuasa menjadi bukti bahwa perkataan negatif dapat merusak pahala puasa.
2. Lisan sebagai Cerminan Jantung
• Kisah Luqman Al-Hakim: Saat diminta mengambil bagian terbaik dan terburuk dari seekor domba, Luqman memilih jantung dan lidah. Ini menunjukkan bahwa baik buruknya manusia dapat diukur dari hati dan lisannya.
• Hadis Nabi SAW: “Dalam tubuh ada segumpal daging, jika baik maka baik seluruh tubuh, jika buruk maka buruk pula seluruh tubuh. Ketahuilah itu adalah jantung (qalb).” (HR. Bukhari dan Muslim).
• Hukum Pasangan dalam QS. Yasin: 36: Setiap kata yang keluar dari lisan merupakan cerminan isi hati. Kata-kata baik menunjukkan hati yang sehat, sedangkan kata-kata buruk mengindikasikan hati yang bermasalah.
3. Perkataan dan Dampaknya terhadap Kesehatan Mental dan Fisik
• Hallway Theory oleh John Bagh: Perkataan baik mengarahkan seseorang pada kesehatan, kesuksesan, dan kebahagiaan, sedangkan perkataan buruk berujung pada stres, kegagalan, dan ketidaknyamanan.
• Dalil dalam Islam: QS. Al-Mu’minuun: 3 menyebutkan bahwa orang beriman menjauhi perkataan sia-sia (laghwu).
• Psikologi Perkataan: Ucapan yang baik dapat menenangkan jiwa, mengurangi kecemasan, dan meningkatkan kepercayaan diri.
4. Jantung sebagai Indikator Kesehatan Tubuh
• Jantung sebagai Pusat Kesehatan: Jika jantung sehat, maka seluruh tubuh cenderung sehat. Ini berlaku baik secara medis maupun spiritual.
• Dampak Positif Jantung Sehat:
o Tensi sistol dan diastol dalam batas normal
o Detak jantung stabil
o Keseimbangan hormon dan emosi
• Dampak Negatif Jantung Bermasalah:
o Risiko tekanan darah tinggi
o Gangguan sirkulasi darah
o Ketidakstabilan emosional
5. Cara Menjaga Jantung dengan Menjaga Lisan dan Puasa
• Menjaga Lisan:
o Biasakan berkata baik dan menghindari ghibah, fitnah, dan dusta. o Perbanyak dzikir dan doa sebagai bentuk penyucian hati.
o Terapkan komunikasi positif dalam kehidupan sehari-hari.
• Menjaga Puasa dengan Benar: o Laksanakan puasa bukan hanya secara fisik tetapi juga spiritual. o Jadikan puasa sebagai latihan pengendalian diri dalam berbicara.
o Perbanyak ibadah dan amalan baik selama berpuasa.
• Korelasi dengan Kesehatan Fisik dan Mental:
o Puasa membantu detoksifikasi tubuh dan menstabilkan tekanan darah. o Menjaga lisan dapat mengurangi stres, yang berdampak positif pada kesehatan jantung. o Orang dengan tingkat taqwa yang tinggi lebih mampu mengelola emosi dan tekanan hidup.
Kesimpulan
Menjaga lisan, menjalankan puasa dengan benar, dan memperhatikan kesehatan jantung adalah tiga hal yang saling berkaitan dalam membentuk keseimbangan spiritual dan fisik manusia. Islam mengajarkan bahwa perkataan yang baik adalah refleksi dari hati yang bersih, sementara puasa adalah sarana utama untuk melatih pengendalian diri. Dengan menjaga lisan dan puasa, kita tidak hanya menjaga kualitas ibadah tetapi juga memelihara nyawa melalui kesehatan jantung yang lebih baik.
*)Penulis adalah Guru Besar Universitas Airlangga, Surabaya.
**)Artikel diadopsi dari paparan dalam Grup Diskusi Guru Besar dan Doktor Insan Cita melalui Zoom pada Kamis malam, 27 Pebruari 2025