Jakarta (20/01/25) - Moch Faisal Karim dalam diskusi yang diadakan oleh Grup Diskusi Guru Besar dan Doktor Insan Cita melalui platform Zoom pada Senin malam (20/01/25), menjelaskan mengenai dominasi dolar dan proses de-dollarization. Dominasi dolar merujuk pada posisi dolar AS sebagai mata uang cadangan utama di dunia serta sebagai alat untuk perdagangan internasional, investasi, dan penyelesaian utang.
"Beberapa aspek kunci dari dominasi ini mencakup fakta bahwa dolar menyumbang sekitar 58% dari total cadangan devisa global pada tahun 2023, serta kenyataan bahwa sebagian besar perdagangan internasional, termasuk komoditas seperti minyak dan gas, ditetapkan dan diselesaikan dalam dolar. Selain itu, stabilitas keuangan global sering kali bergantung pada penggunaan dolar dalam transaksi, yang menciptakan ketergantungan pada kebijakan moneter AS," ujar Faisal.
Namun, lanjut Faisal, dominasi dolar juga membawa sejumlah masalah yang signifikan. Salah satunya adalah kerentanan ekonomi, di mana negara-negara lain terpapar pada perubahan suku bunga yang ditetapkan oleh AS, seperti yang dilakukan oleh Federal Reserve, yang dapat mempengaruhi biaya pinjaman secara global. Selain itu, dolar juga berfungsi sebagai alat sanksi, di mana AS dapat memanfaatkan dominasi mata uang ini untuk memberlakukan sanksi ekonomi, yang membatasi akses negara-negara tertentu ke sistem keuangan global.
"Hal ini menciptakan tantangan bagi negara-negara yang tidak ingin terikat pada kebijakan ekonomi AS,"jelasnya.
Ketergantungan pada dolar juga menyebabkan ketidakseimbangan dalam perdagangan internasional. Negara-negara harus mempertahankan cadangan dolar yang besar, yang sering kali mengarah pada ketidakseimbangan perdagangan dan ketergantungan yang lebih besar pada ekonomi AS.
"Dengan demikian, meskipun dominasi dolar memberikan stabilitas dalam beberapa aspek, ia juga menciptakan tantangan yang kompleks bagi negara-negara lain yang berusaha untuk mengurangi ketergantungan mereka pada mata uang ini dan mencari alternatif yang lebih berkelanjutan dalam sistem keuangan global," pungkasnya.